Selamat datang para pembaca, inilah sebuah catatan seorang anak manusia yang akan menjalani perjuangan sebagai seorang calon MANTRI.
Saya akan membagi kisah saya dalam beberapa bagian, dan inilah bagian pertamanya.
Sebelumnya tidak ada dalam benak dan pikiran saya untuk menjadi seorang MANTRI, kalo kaum inTELEKtual mungkin menyebutnya sebagai perawat (masa bodo saya mau menyebutnya apa, toh ini juga catatan saya yang buat).
Saya mengenal profesi saat sedang 'mangsan' pendaftaran perguruan tinggi bagi anak2 SMA yang ingin melanjutkan.
Sebelumnya saya tidak pernah berpikir ke arah sana (tau juga engga apalagi mikir), dari dulu yang saya impikan adalah menjadi seorang profesor yang menciptakan robot2 dengan segala macam kecanggihannya (kaya di tivi2 gitu deh).
Untuk mencapai cita2 tersebut otomatis saya berpikir harus melanjutkan ke jurusan teknik elektro.
Waktu itu lagi 'mangsan' pendaftaran mahasiswa baru, otomatis saya langsung mengambil pilihan jurusan teknik elektro.
Saya coba daftar di sebuah PTN di kota saya, saya ngambil jalur IPC (bisa ngambil 2 pilihan jurusan IPA ma IPS), untuk IPA saya ngambil teknik elektro dan untuk IPS saya ngambil akuntansi (ikut2an temen).
Tapi dasar apes kedua jurusan yang saya pilih ga ada yang tembus (jar2e togel mbok tembus !!??).
Pepatah yang bilang restu Allah itu adalah tergantung dari restu orang tua kayknya ada benernya juga.
Setelah waktu berlalu ternyata ortu saya bukannya berdoa agar diterima tapi malah berdoa agal saya gagal (ngesod yakin!!).
Mereka dan para family saya berharap saya jadi seorang guru sperti paklik saya, bahkan saya sering di sindir (terselip tawa ejekan) oleh paklik saya kuliah di jurusan yang ga jelas dan universitas yang kurang bonavit.
(perlu diketahui paklik saya lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yogyakarta, mungkin sekarang namanya UNY).
wah, saya semakin bingung (cekelan batuk), saya ga ada bakat buat jadi calon guru, gurunya aja sedeng entar muridnya mau jadi apa ??!!
Saya tau tentang profesi MANTRI berawal ketika saya menjenguk tetangga saya yang terkena kanker paru2 di RS.
saya bertemu dengan kakak kelas SMA saya memakai baju serba putih sedang merawat pasien.
Saya berpikir dia baru lulus satu tahun udah bisa langsung kerja.
Dari sanalah saya berpikir bahwa jika saya bisa seperti dia maka saya akan cepat bekerja.
Waktu itu saya sudah berpikir untuk masa depan (ceileh !!!).
Tekad saya sudah bulat untuk menjadi seorang calon MANTRI.
Tapi belakangan saya mulai paham bahwa dia bukan bekerja tetapi hanya praktek klinik (ssiiiiaaallll).
SNMPTN pun tiba, saya kembali mendaftar untuk program IPC (itu karena pilihannya banyak, 2 IPA, dan 1 IPS).
untuk IPA kembali saya memilih elektro dan peternakan, untuk IPS saya memilih manajemen.
Belajar dari pengalaman teman2 sya yang daftar lebih dari satu perguruan tinggi pasti salah satunya diterima, oleh karena itu saya nekad buat ndaftar jadi calon mantri.
Berhubung saya buta terhadap sekolah calon mantri, saya hanya ikut2an teman saya saja yang berminat di bidang itu.
Waktu itu seorang sahabat saya yang berminat di bidang itu mengajak sya, kebeneran banget tuh.
Dia mengajak saya untuk daftar di sebuah PTN milik DEPKES RI yang berpusat di Semarang.
Untuk kali ini ortu saya merestui karena mereka merasa cocok dengan jurusan yang saya ambil sebagai calon mantri.
disamping itu juga ini kesempatan terakhir saya untuk dapat memasuki PTN.
Alhamdulilah dengan segala rahmat serta hidayahnya akhirnya saya lolos kedua2nya, sleksi SNMPTN dan sipensimaru.
Dengan nomor peserta 3094100375 akhirnya lolos seleksi SNMPTN dengan jurusan teknik elektro, kalo untuk sipensimaru saya lupa nomor pendaftaranyya karena link nya udah di tutup.
tapi nasib berkata lain, karena pengumuman poltekkes lebih dulu dan regristrasi yang lebih awal (kalo ga salah beda 1 minggu ma SNMPTN) maka sya memilih sebagai calon mantri (takut kalo ga SNMPTN ga lolos trus ga dapet kuliah, trus nganggur deh, huhuhu).
dan sekarang beginilah saya, seorang anak yang telah memilih jalan hidupnya sebagai seorang calon MANTRI.
Saat catatan ini dibuat saya masih berjuang sebagai calon MANTRI.
Saya akan membagi kisah saya dalam beberapa bagian, dan inilah bagian pertamanya.
Sebelumnya tidak ada dalam benak dan pikiran saya untuk menjadi seorang MANTRI, kalo kaum inTELEKtual mungkin menyebutnya sebagai perawat (masa bodo saya mau menyebutnya apa, toh ini juga catatan saya yang buat).
Saya mengenal profesi saat sedang 'mangsan' pendaftaran perguruan tinggi bagi anak2 SMA yang ingin melanjutkan.
Sebelumnya saya tidak pernah berpikir ke arah sana (tau juga engga apalagi mikir), dari dulu yang saya impikan adalah menjadi seorang profesor yang menciptakan robot2 dengan segala macam kecanggihannya (kaya di tivi2 gitu deh).
Untuk mencapai cita2 tersebut otomatis saya berpikir harus melanjutkan ke jurusan teknik elektro.
Waktu itu lagi 'mangsan' pendaftaran mahasiswa baru, otomatis saya langsung mengambil pilihan jurusan teknik elektro.
Saya coba daftar di sebuah PTN di kota saya, saya ngambil jalur IPC (bisa ngambil 2 pilihan jurusan IPA ma IPS), untuk IPA saya ngambil teknik elektro dan untuk IPS saya ngambil akuntansi (ikut2an temen).
Tapi dasar apes kedua jurusan yang saya pilih ga ada yang tembus (jar2e togel mbok tembus !!??).
Pepatah yang bilang restu Allah itu adalah tergantung dari restu orang tua kayknya ada benernya juga.
Setelah waktu berlalu ternyata ortu saya bukannya berdoa agar diterima tapi malah berdoa agal saya gagal (ngesod yakin!!).
Mereka dan para family saya berharap saya jadi seorang guru sperti paklik saya, bahkan saya sering di sindir (terselip tawa ejekan) oleh paklik saya kuliah di jurusan yang ga jelas dan universitas yang kurang bonavit.
(perlu diketahui paklik saya lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yogyakarta, mungkin sekarang namanya UNY).
wah, saya semakin bingung (cekelan batuk), saya ga ada bakat buat jadi calon guru, gurunya aja sedeng entar muridnya mau jadi apa ??!!
Saya tau tentang profesi MANTRI berawal ketika saya menjenguk tetangga saya yang terkena kanker paru2 di RS.
saya bertemu dengan kakak kelas SMA saya memakai baju serba putih sedang merawat pasien.
Saya berpikir dia baru lulus satu tahun udah bisa langsung kerja.
Dari sanalah saya berpikir bahwa jika saya bisa seperti dia maka saya akan cepat bekerja.
Waktu itu saya sudah berpikir untuk masa depan (ceileh !!!).
Tekad saya sudah bulat untuk menjadi seorang calon MANTRI.
Tapi belakangan saya mulai paham bahwa dia bukan bekerja tetapi hanya praktek klinik (ssiiiiaaallll).
SNMPTN pun tiba, saya kembali mendaftar untuk program IPC (itu karena pilihannya banyak, 2 IPA, dan 1 IPS).
untuk IPA kembali saya memilih elektro dan peternakan, untuk IPS saya memilih manajemen.
Belajar dari pengalaman teman2 sya yang daftar lebih dari satu perguruan tinggi pasti salah satunya diterima, oleh karena itu saya nekad buat ndaftar jadi calon mantri.
Berhubung saya buta terhadap sekolah calon mantri, saya hanya ikut2an teman saya saja yang berminat di bidang itu.
Waktu itu seorang sahabat saya yang berminat di bidang itu mengajak sya, kebeneran banget tuh.
Dia mengajak saya untuk daftar di sebuah PTN milik DEPKES RI yang berpusat di Semarang.
Untuk kali ini ortu saya merestui karena mereka merasa cocok dengan jurusan yang saya ambil sebagai calon mantri.
disamping itu juga ini kesempatan terakhir saya untuk dapat memasuki PTN.
Alhamdulilah dengan segala rahmat serta hidayahnya akhirnya saya lolos kedua2nya, sleksi SNMPTN dan sipensimaru.
Dengan nomor peserta 3094100375 akhirnya lolos seleksi SNMPTN dengan jurusan teknik elektro, kalo untuk sipensimaru saya lupa nomor pendaftaranyya karena link nya udah di tutup.
tapi nasib berkata lain, karena pengumuman poltekkes lebih dulu dan regristrasi yang lebih awal (kalo ga salah beda 1 minggu ma SNMPTN) maka sya memilih sebagai calon mantri (takut kalo ga SNMPTN ga lolos trus ga dapet kuliah, trus nganggur deh, huhuhu).
dan sekarang beginilah saya, seorang anak yang telah memilih jalan hidupnya sebagai seorang calon MANTRI.
Saat catatan ini dibuat saya masih berjuang sebagai calon MANTRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar